Santun dan Tawadlu
Jago silat selalu identik dengan sikap keras, kasar, beringas dan berbagai cap yang menakutkan lainya, tapi itu tidak berlaku bagi Gus Maksum, ”di balik sikap kerasnya ia memiliki sikap yang sangat tawadlu”. Demikian komentar KH. Ahmad Idris Marzuqi, pengasuh pondok pesantren Lirboyo.
Jika ada orang yang berbuat sopan kepadanya beliau akan lebih sopan kepadanya, tapi bila ada orang bersikap kasar, Gus Maksum akan bisa kasar lagi, siapapun orangnya tak peduli apakah dia seorang kaya atau pejabat sekalipun.
Setiap tamu yang datang kerumah beliau selalu diterima dengan sikap ramah,terlepas siapapun tamu itu, pejabat maupun tukang becak sekalipun, orang kaya ataupun miskin semua diperlakukan sama tanpa memandang status sosial dan darimana tamu itu berasal.
Demikian gambaran pribadi Gus Maksum, semua orang mengakui beliau orang besar, tapi Gus Maksum sendiri tidak pernah merasa orang besar, sikapnya pada orang tidak pernah menampakan ia adalah seorang pendekar besar,seorang pengasuh pesantren yang memilki ribuan santri. Gus Maksum selalu menempatkan dirinya sebagai sahabat bagi orang lain.
Pribadi yang sederhana
“Kalau awal tahun dan sehabis liburan maulud omzetnya bisa mencapai Rp.12 juta setiap setengah hari!” demikian penuturan pengelola toko De’Ali, salah satu toko Gus Maksum yang selalu ramai dikunjungi pembeli yang berada di areal pondok pesantren Lirboyo, itu Baru satu toko belum toko-toko yang lainnya, dan asset-aset seperti perkebunan, peternakan, perikanan, dan tanah ratusan hectare juga lahan perekonomian yang lainya.
Namun dibalik itu semua beliau selalu tampil sederhana, rumahnya yang berada dikomplek pesantren Lirboyo adalah rumah tua peninggalan ayahnya, perabotannya juga sudah banyak yang using, pakaiannya selalu apa adanya, makanan yang disediakan keluarganya juga sederhana begitu sederhananya beberapa bagian dapurpun masih terbuat dari gedek (bilik/geribig) sungguh sangat kontras dengan kekayaan yang beliau miliki dan nama besar yang disandangnya.
Dermawan
Kedermawanan adalah langgam keseharian Gus Maksum, setiap tamu yang datang bertamu selalu diberi jamuan makan hal ini warisan tradisi para pendahulu pendahulu dari para kiai. Bahkan ini seperti sudah menjadi kewajibannya untuk setiap tamu yang datang.kebiasaan ini sudah merupakan tradisi keluarga sejak KH.Abdul Karim.
Bahkan setiap ada pengemis yang datang kerumah Gus Maksum pasti selalu mendapat santunan dari beliau.Sampai sampai para pengemis menjadikan Gus Maksum sebagai langganan. Gus Maksum selalu memberikan sumbangan-sumbangan untuk membangun sarana pendidikan dan ibadah.
Taat pada orang tua
Banyak sekali yang perlu dijadiakan sebagai tauladan bagi kita semua. Gus Maksum adalah orang yang sangat hormat kepada keluarganya yang lebih tua, lebih-lebih kepada ibunya. Contohnya seperti sudah diketahui semua orang di komplek pesantren Lirboyo adalah, setiap berjalan bersama ibunya, Gus Maksum tidak pernah berada didepan, apalagi mendahuluinya. Kecuali disuruh ibunya dan telah meminta izin sebelumnya, saat itupun beliau selalu menundukan kepala, sebagai tanda rasa hormat dan taat kepada ibunya.
Bahkan sewaktu ibunya masih hidup beliau selalu sungkem terlebih dahulu sebelum pergi menghadiri suatu acara. Beliau selalu melaporkan undangan yang akan dihadirinya sekaligus meminta do’a restu kepada ibunya. Sepeninggalnya Nyai Aisyah,tradisi it uterus beliau pertahankan, bedanya jika dulu pamit pada Nyai Aisyah, sepeninggalnya ibunya, Gus Maksum pamit kepada kakaknya.
Pendekar yang humanis
Pada tanggal 20 januari hingga 21 maret 1999 terjadi peristiwa sampit yaitu bentrokan antar etnis dayak dan Madura yang melayangkan 200 nyawa, 1600 unit rumah terbakar hangus tak berbekas, dan lebih 23.000 orang keturunan Madura harus mengungsi diantaranya banyak yang kewilayah jawa timur termasuk Kediri, melihat itu Gus Maksum langsung ikut serta membantu korban,dengan menampung sekitar 50 orang yang semuanya ditempatkan di Kanigoro dan ditanggung sendiri oleh Gus Maksum.
Disana semua keperluan telah disediakan,mulai makan, minum, mandi,asrama, pakaian, dan segala kebutuhan lainya. Mereka ditempatkan di Kiai Jauhari dulu membangun pesantren. Pengungsi yang masih anak-anak di sekolahkan sesuai kapasitasnya ada yang masuk TK, SD, SMP, SMA malam harinya mereka masuk sekolah keagamaan “Mereka adalah amanat Alloh” Kata beliau.
Disela aktivitasnya yang padat beliau sering menyempatkan diri mengajak anak anak itu ke Lirboyo dengan naik dokar beliau membawa anak anak keliling laksana Bapak dan anaknya. Untuk biaya makan, minum, pakaian, sekolah dan biaya operasional lainnya diambilkandari hasil pertanian dan peternakan pribadi beliau.untungnya lahan agro bisnis itu selalu menghasilkan omzet yang cukupuntuk sekedar membiayai kebutuhan harian para korban kemanusiaan itu.
Demikian sebagian kepribadian Gus maksum .
Tidak ada komentar: