» » Lebih baik berteman dengan orang alim atau orang bodoh?


 “Engkau bersahabat dengan orang bodoh tetapi tidak mengikuti hawa nafsunya, itu  lebih baik bagi kamu daripada engkau bersahabat dengan orang alim, tetapi suka mengikuti hawa nafsunya. Tak mungkin ilmu itu dimiliki orang alim, apabila ia menyenangi hawa nafsunya, dan dimana letak kebodohan orang bodoh yang tidak menuruti nafsunya.” ( Ibnu Athaillah Al-Iskan )

Bersahabat itu sangat penting, karena akan menambah dan meluaskan pergaulan dan meniadakan hidup kesendirian atau individual. Sebab pergaulan akan menghidupkan rasa solidaritas. Oleh karena itu, memilih teman bergaul diperlukan agar terhindar dari pengaruh jelek yang akan merusak pribadi seseorang, dan mengaburkan kesucian dari wajahnya. Demikian juga bergaul dengan orang berilmu yang saleh akan mendapatkan ilmu dan kesalehannya, sedangkan bergaul dengan orang yang bodoh dan rusak akan mendapatkan kebodohan dan kerusakannya.

Sedangkan teman sepergaulan yang paling baik ialah bergaul dengan orang bodoh tetapi berbudi pekerti baik dan saleh. Sebaliknya, sejelek-jelek pergaulan adalah bergaul dengan orang pandai, tetapi suka mengikuti hawa nafsu.

Akan tetapi kadang-kadang terjadi orang-orang berilmu dan pemimpin umat terjerumus ke lembah hawa nafsu dan kemaksiatan, karena ilmunya tidak mampu melepaskan diri dari godaan hawa nafsu. Barangkali orang bodoh tanpa ilmu, lebih mudah menghindari hawa nafsu dan langkah maksiat. Memang kadang-kadang kebodohan menyelamatkan. Kepandaian kadang-kadang membuat orang merasa mampu berhadapan dengan pengaruh dunia melalui ilmunya, akan tetapi ternyata ia lemah ketika berhadapan dengan kenyataan. Mengapa? Karena kadang-kadang orang pandai merasa mampu lalu sombong, dan di saat sombong itulah nampak kelemahannya. Ia bisa terjebak masuk ke wilayah hawa nafsu, sadar atau tidak sadar.

Kalau kita boleh memilih dengan pilihan yang kita sukai, Paling baik adalah bergaul dengan orang alim,baik lahir batin tidak merasa paling pandai dan suci,yang tidak menjadikan kepandainya sebagai tameng kebaikan saja padahal hatinya penuh intrik nafsu duniawi.

Kalau tidak ada,Biarlah berteman dengan orang bodoh tapi selalu takut dosa karena merasa bodoh,Yang prinsip bertemannya karena ikhlas tidak berharap apa-apa ,hanya berharap sahabat yang setia.

About Raden Santri

Ingsun niki sanes Kyai dudu jawara, mung wong desa sing seneng kyai.

"saya hanyalah seorang santri dari sebuah pondok pesantren disebuah desa, bukan ahli agama, bukan pula jawara. Aku hanyalah seorang santri dari para kyai"

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Leave a Reply