» » PSHT dan Pagar Nusa Bersatu Amankan Harlah NU

Subang, NU Online
Sebagai upaya pengamanan peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-87 Nahdlatul Ulama, Pengurus Cabang Nahdlatul ulama (PCNU) Kabupaten Subang melibatkan beberapa elemen, selain aparat kepolisian dan Banser, kegiatan yang digelar Kamis (31/1) tersebut melibatkan puluhan pesilat yang terdiri dari Pagar Nusa dan Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT).

Walaupun hubungan PSHT dengan NU di daerah lain sempat memanas pada beberapa bulan yang lalu, namun di Subang hubungan PSHT dengan NU terlihat baik-baik saja, karena kedua belah pihak meyakini bahwa insiden yang terjadi di Tulungagung adalah konflik personal, bukan konflik lembaga.

Hal ini diakui oleh Ketua Pagar Nusa Subang, Totoh Bustanul Arifin (30) usai melakukan briefing sebelum pesilat dari Pagar Nusa dan PSHT dikerahkan menjaga kegiatan yang digelar di Halaman Kantor PCNU Subang tersebut.

“Konflik yang terjadi di Jawa (Tulungagung) jangan sampai terjadi juga disini (Subang), itu pasti kerjaan oknum saja,  disini kami (Pagar Nusa) dengan SH Terate tidak ada masalah,” ungkapnya

Hal Senada juga diakui Ketua PSHT Subang, Ayep Kosasih (26) yang mengatakan bahwa PSHT di Subang tidak punya masalah dengan kelompok manapun.

“Kalau saya mah selama itu masih warga Indonesia, kenapa harus ribut? Harusnya perbedaan itu jangan dijadikan sebagai ajang perpecahan, harusnya perbedaan dijadikan untuk memajukan bangsa ini, apalagi ini Subang yang ukurannya lebih kecil. Jadi kami tidak ada masalah, selain itu saya juga NU, warga PSHT juga banyak yang NU,” ujarnya.

Walaupun baru saling mengenal, pesilat dari Pagar Nusa dan PSHT terlihat akrab dan bergotong royong dalam mensukseskan kegiatan yang acara puncaknya diisi dengan tausiyah dari KH. Zezen Zainal Abidin Bazzul Asysyab, Ketua Jam’iyyah Thariqah NU Jawa Barat.

  •  Sekedar pengetahuan, pendiri Perguruan Pencak Silat Setia Hati Terate (PSHT) Ki Ageng Soerodiwirdjo (Muhammad Masdan) adalah santri KH Hasyim As’yari di Tebu Ireng. Harusnya, PSHT dan Pagar Nusa itu bersaudara, karena Eyang Soero itu belajar silat pertama kali di Pesantren juga. 

Redaktur     : A. Khoirul Anam
Kontributor : Aiz Luthfi

About Raden Santri

Ingsun niki sanes Kyai dudu jawara, mung wong desa sing seneng kyai.

"saya hanyalah seorang santri dari sebuah pondok pesantren disebuah desa, bukan ahli agama, bukan pula jawara. Aku hanyalah seorang santri dari para kyai"

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Leave a Reply